Persembahan Relawan #BebenahPendidikan
Oleh : Hafhah Shafya
Oleh : Hafhah Shafya
Donasi
untuk Operasi Mamah Pikri : Kado
untuk Pikri si Anak Berbakti
Awalnya, kami tidak
pernah menyangka akan dapat cerita tragis-insipratif tentang Pikri, si anak
berbakti yang dua bulan terakhir harus rela intensif merawat ibunya, Bu Mulhat;
termasuk bantu memandikan, membersihkan kotoran, mencari nafkah dari mengamen atau
jual layang-layang di pantai. Karena saat ini, kondisi Bu Mulhat yang mengidap
kanker payudara membuatnya hanya dapat berbaring di kasur.
Pagi itu, Sabtu
(28/01), kami, tim volunteer Bebenah Pendidikan Banten yang diadakan Lentera
Surosowan sedang mempersiapkan kegiatan outdoor class di SDN Cikondang. Sambil
menunggu semua persiapan rampung, salah satu rekan kami ngobrol-ngobrol dengan
beberapa siswa yang sudah datang, diantaranya Davit, siswa kelas 5 SD yang juga
temannya Pikri. Setahu kami, Pikri adalah
anak yang ceria, kelihatannya baik-baik saja, Pikri tidak tampak sedang memikul
beban berat seperti itu di usianya yang masih kelas 6 SD. Lebih memilukannya
lagi, Davit bilang kalau sepertinya guru-guru disana pun tidak tahu kondisi
Pikri dan Bu Mulhat karena guru. Pikri
belum pernah ada yang menjenguk. Selama ini, Pikri memang tidak pernah
menceritakan kondisinya, ia selalu menutupi keadaannya dan bersikap seakan
semua baik-baik saja.
Singkat cerita, dua
rekan kami pergi untuk mengecek kondisi Bu Mulhat. Rumah Pikri hanya rumah petak, satu
ruangan dengan satu kasur dan satu lemari kayu kecil. Bu Mulhat terbaring lemas
di kasur. Kami pun berbincang dengan bantuan Bu Erni, adik ipar Bu Mulhat
sebagai perantara karena pendengaran Bu Mulhat sudah mulai terganggu.
Ternyata, Bu Mulhat
merupakan seorang janda pekerja keras yang sehari-harinya banting tulang
menumbuk emping demi membesarkan dua orang anaknya. Satu liter emping
membuahkan hasil Rp 5000,- dengan kurun waktu pengerjaan selama satu jam.
Memang, Bu Mulhat dapat tunjangan dari pemerintah atas dasar kategori janda dan
tidak mampu, tetapi besarannya hanya Rp 600.000,-/enam bulan, itu pun dipotong
biaya administrasi Rp 100.000,-. Untungnya, biaya sekolah Pikri gratis, tapi
tetap saja pengeluaran selalu lebih banyak dari pendapatan, hal itulah yang
tetap membuat Bu Mulhat ngeyel untuk mengemping meski sakit.
“Saya
juga kan kerjanya ngemping. Badan teh pegel-pegel kalo numbuk. Tapi kalau yang
sehat kaya saya mah udah biasa, gak apa-apa, tapi Mamah Pikri mah kan sakit,
jadi—“ Bu Erni mulai ikut menangis, tampak membayangkan kembali
perjuangan kakak iparnya.Bu Erni dan suaminya
merupakan satu-satunya keluarga yang masih mau ikut membantu Bu Mulhat dan
telah merawat Pikri sejak kecil. Bu Erni menyayangkan pekerjaannya yang cuma
mengemping dan suaminya yang cuma jaga bengkel sehingga belum bisa membantu Bu
Mulhat secara finansial.
Seingatnya, Bu Mulhat
sudah lama sakit dan sudah melakukan tiga kali operasi. Operasi pertama dan
kedua diduga masih merupakan tumor jinak, sedangkan operasi yang dilakukan
tahun 2013 lalu merupakan operasi besar yang mengangkat sebelah payudara Bu
Mulhat yang sudah sebesar batok kelapa, beratnya sekitar tiga kilo, seperti
sedang gendong bayi, katanya. Berkat operasi-operasi itu, harta benda
peninggalan orang tua Bu Mulhat yang diantaranya berupa kebun terjual habis.
Selepas operasi
terakhir pun, Bu Mulhat tidak pernah melakukan kontrol ke dokter karena
keterbatasan biaya. Dan selama itu pula, Bu Mulhat tetap giat menafkahi anak-anaknya
dengan usaha mengemping. Hingga tak dirasa, benjolan itu muncul lagi pada bekas
jahitan operasi terakhir. Semakin lama benjolan
itu makin membesar, kini benjolannya sudah sebesar kepal tangan dan menyebabkan
dua bulan terakhir ini, Bu Mulhat benar-benar lemas dan panas dingin. Setiap
sore matanya berair hingga penglihatannya terganggu. Setiap malam Bu Mulhat
sulit untuk sekadar tidur, tetapi ia berusaha tetap shalat—bahkan shalat malam,
mengaji, dan membasahi lidahnya dengan berdzikir. Bu Erni menduga Bu Mulhat
sudah capek karena terus bekerja yang berat-berat.“Untungnya
ada Pikri” Bu Erni meyampaikan kembali perkataan Bu Mulhat
yang terbata-bata.
Pikri, sejak dulu
merupakan anak yang mandiri, penurut, pintar, rajin ke masjid. Pikri tidak
pernah minta ini-itu, malah Pikri sering diam-diam bawa ukulele-nya dan cari
uang di pantai. Biasanya setiap Sabtu-Minggu Pikri dan teman-temannya mengamen
atau jual layang-layang di pantai. Dan menurut Bu Erni, sepulangnya Pikri dari
mencari uang, Pikri bukan hanya menyetor uang, tapi juga sering bawa pulang
minyak, sayur, bahkan beli bedak untuk adiknya.
Dua bulan terakhir,
pekerjaan Pikri harus lebih berat lagi karena ibunya sudah terlalu lemas untuk
beraktivitas sendiri. Adik Pikri yang usianya masih 2 tahun pun dititipkan ke
Ayahnya yang tinggal di desa sebelah. Di rumahnya yang tidak ada MCK, Pikri harus
mengambil air ke masjid untuk memandikan ibunya. Pikri tetap menjadi si mandiri
andalan Bu Mulhat.
Esoknya, Minggu
(29/01), para volunteer datang mengunjungi Bu Mulhat, memberi sedikit sembako,
sekaligus berpamitan pulang. Saat kami tanya mengenai harapannya, dengan masih
berusaha mengontrol tangisnya Bu Mulhat mengatakan bahwa ia hanya ingin hidup.
Karena menurutnya, anak-anak membutuhkannya.
Sebagai tambahan, di
pohon harapan yang sebelumnya panitia buat untuk menuliskan cita-cita anak-anak
SDN Cikondang, kami menemukan satu cita-cita paling beda diantara yang lain—yang
ternyata ditulis oleh Pikri. Di kolom cita-cita,
Pikri menulis: Pengusaha nu bener.
Anak seusia itu sudah
berpikir menjadi pengusaha. Terlebih, imbuhan ‘nu bener’ (arti: yang baik) di akhir itu sukses membuat kami
merinding.
--------------------------------------
Melihat kondisi
keluarga Pikri dan Bu Mulhat yang menjadi keprihatinan bagi kita semua, maka
kami, komunitas peduli masyarakat Banten yang bekerja sama dengan Yayasan Pelita
Bulakan tergerak untuk mengajak teman-teman semua untuk ikut membantu
meringankan beban Bu Mulhat yang membutuhkan tindak lanjut segera atas penyakit
yang sedang dideritanya, serta membantu Pikri untuk menggapai cita-citanya
sebagai balasan atas baktinya pada ibundanya selama ini.
Donasi
dapat disalurkan melalui:
No.
rek: 1022389943
Bank:
BRI Syariah
a.n:
Siti Annisa Rahmayani
Konfirmasi donasi:
CP: 085601066180 (Annisa)
Terima
kasih, InsyaAllah, sekecil apapun bantuan Anda akan dibalas-Nya. Sebagaimana janji-Nya
yang mengatakan bahwa Ia akan membalas setiap kebaikan, sekalipun sebesar biji
dzarrah.
Informasi lebih lanjut :
WA : 085775073126 (Galung) / 083812765324 (Wahyu)
Instagram: @lentera.surosowan
www.lenterasurosowan.org